BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
GBHN dinyatakan bahwa “pendidkan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di
dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan
ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.”
Hal
ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan supaya selalu berkembang
sepanjang hidup, dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar
dpat menciptakan situai yang menantang untuk belajar. Prindip ini berarti, masa
sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan
hanya sebagian dari waktu belajar yang akan
berlangsung seumur hidup.
Menurut
konsep lifelong education, pendidikan
tidak terbatas olleh ruang dan waktu. Pendidikan akan selalu berlangsung dalam
totalitas kehidupan, di dalam keluarga, suku bangsa, melalui agama, mesjid,
gereja, sekolah formal, organisasi-organisasi kerja, organisasi pemuda dan
organisasi masyarakat pada umumnya, membaca buku, mendegarkan radio, menonon
televisi, dan sebagainya.
Pada
abad ke-19, skolah merupakan suatu lembaga formal yang diperuntukan bagi
anak-anak yang harus taat kedisiplinan dan ketentuan-ketentuan yang sangat
kettat dan kaku. Sekolah merupakan suatu keharusan dan dianggap sebagai penyebab
utama kemjuan masyarakat danindustri yang sangat cepat. Sekolah merupakan
tempat untuk menempa anak- anak yang diperrsiapkan untuk hidup. Menurut Hummel
pada waktu itu kehidupan seseorang dibagi menjadi tiga periode yang terpisah
satu sama lain, yaitu: (1) sekolah dan belajar, (2) kehiupan yang aktif, dan
(3) usia lanjut. Di sekolah seseorang ditentukan, dan yang dituangkan dalam
angka-angka yang ditulis pada secarik kertas. Keadaaninnilah di beberapa negara
di dunia ini, yang merupakan dorongan besar dalam menuju pembaruan suatu sistem
pendidikan. Dan muncullah suatu konsep pendidikan sepanjang hidup (lifelong education).
1.2 Rumusaan masalah
- Pengertian,
dan dasar pendidikan seumur hidup
- Tujuan pendidikan
seumur hidup
- Pentingnya
Pendidikan Seumur Hidup
- Implikasi konsep
pendidikan seumur hidup bagi program-program pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan
Dasar Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan Seumur Hidup (PSH) adalah sebuah sistem
konsep-konsep pendidikan yang menerangakan keseluruhan peristiwa-peristiwa
kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan hidup manusia.
Asas pendidikan seumur hidup merumuskan
bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu yang bermula sejak
seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.
Pembahasan tentang konsep pendidikan
seumur hidup ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu ditinjau dari dasar
teoritis/ religios dan dasar yuriditisnya.
a) Dasar
Teoritis/ Religious
Konsep pendidikan seumur hidup ini pada
mulanya dikemukakan oleh filosof dan pendidik Amerika yang sangat terkenal
yaitu John Dewey. Kemudian
dipopulerkan oleh Paul Langrend melalui bukunya : An Introduction to
Life Long Education. Menurut John Dewey, pendidikan itu menyatu dengan
hidup. Oleh karena itu pendidikan terus berlangsung sepanjang hidup sehingga
pendidikan itu tidak pernah berakhir.
Konsep pendidikan yang tidak terbatas
ini juga telah lama diajarkan oleh Islam, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits
Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”
b) Dasar Yuridis
Konsep pendidikan seumur hidup di
Indonesia mulai dimasyarakatkan melalui kebijakan negara yaitu melalui :
a. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 Jo.
TAP. No. IV/MPR/1978 tentang GBHN menetapkan prinsip-prinsip
pembangungan nasional, antara lain :
· pembangunan nasional dilaksanakan dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat
Indonesia (Arah Pembangunan Jangka Panjang)
· Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam keluarga (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu,
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah (Bab IV GBHN Bagian Pendidikan).
b. UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 4 : “Pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
c. Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989,
penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam Pasal 10 Ayat (1)
yang berbunyi : “penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur,
yaitu pendidikan luar sekolah dalam hal ini termasuk di dalamnya pendidikan
keluarga, sebagaimana dijelaskan pada ayat (4), yaitu : “pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga dan yang memberikan agama, nilai budaya, nilai moral dan
keterampilan”.
2.2
Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur
hidup :
1.
Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan
hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
2.
Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
2.3
Pentingya pendidikan seumur hidup
Ada bermacam-macam dasar pemikiran
yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup sangat penting. Dassar pemikiran
tersebut ditinjau dari segi, antara lain :
1. Ideologis
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama,
khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkataan pengetahuan serta
keterampilan. Pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan
potensi-potensi sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
2. Ekonomis
Cara yang
paling efektif untuk keluar dari “lingkungan kemelaratan” yang menyebabkan
kebodohan dan kebodohan yang menyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan.
Pendidikan seumur hidup memungkinkan seseorang untuk :
a. meningkatkan produktivitas;
b. memelihara dan mengembangakan
sumber-sumber yang dimiliki;
c. memungkinkan hidup dalam lingkungan
yang lebih menyenangkan dan sehat; dan
d. memiliki motivasi dalam mengasuh dan
mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi
sangat besar dan penting.
3. Sosiologis
Para orang
tua di negara berkembang kerap kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah
bagi anak-anak. Karena itu banyak anak-anak mereka yang kurang mendapatkan
pendidikan sekolah. Dengan demikian pendidikan seumur hidup bagi orang tua akan
merupakan pemecah akn masalah tersebut.
4. Politis
Pada
negara demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya hak milik, dan
memahami fungsi pemerintah. Karena itu pendidikan kewarganegaraan perlu
diberikan kepada setiap orang. Dengan demikian, maka inilah yang menjadi tugas
pendidikan seumur hidup.
5. Teknologis
Dunia
dilanda oleh eksplosit ilmu pengetahuan dan teknologi. Para sarjana, teknisi,
dan pemimpin di negara berkembang perrlu memperbarui pengetahuan dan
keterampilan mereka, seperti yang
dilakukan sejawat mereka di negara maju.
6. Psikologis dan pedagois
Perkembangan
iptek yang pesat, mempunyai pengaruh besar terhadap konsep, teknik dan metode
pendidikan. Selain itu, perkembangan tersebut menyebabkan makain luas, dalam
dan kompleksnya ilmu pengetahuan. Akibatnya tidak mungkin lagi diajarkan
seluruhnya kepada peserta didik di sekolah. Karena itu, tugas pendidikan
sekolah yang utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara belajar,
menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus-menerus sepanjang
hidupnya; memberikan keterampilan kepada peserta didik untuk secara cepat dan
mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik. Untuk itu
semua perlu diciptakan kondisi yang merupakan penerapan atas pendidikan seumur
hidup.
Redja
Mudyahardjo (2001) memberrikan alasan perlunya pendidikn seumur hidup sebagai
berikut:
a. Keterbtasan Kemampuan Pendidikan
Sekolah
Pendidikan
sekolah ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat. Terlihat antara lain dalam:
o
Banyak
lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia kerja, yang antara lain karena
mutunya yang rendah.
o
Daya
serap rata-rata lulusan sekolah yang masih rendah, karena tidak dapat belajar
optimal.
o
Pelaksanaan
pendidikan sekolah tidak efisien sehingga terjadi penghamburan pendidikan (educational wastage).
Pendidikan
sekolah perlu dilengkapi dengan pendidikan luar sekolah.
b. Perubahan Masyarakat dan
Peranan-peranan Sosial
Globalisasi
dan pembangunan mengakibatkan perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat
termasuk perubahan-perubahan peranan-peranan sosial. Pendidikan dituntut untuk
dapat membantu individu agar selalu dapat mengikuti perubahan-perubahan sosial
sepanjang hidupnya.
c. Pendayagunaan Sumber yang Masih
Belum Optimal
Salah satu
masalah pendidikan kita dewasa ini adalah kelangkaan sumber yang mendukung
pelaksanaan pendidikan. Hal yang parlu dilakukan adalah menghemat dan
mengoptimalisasi penggunaan sumber yang telah terdedia serta menggali
sumber-sumber baru yang masih terpendam dalam masyarakat, yang dapat
dimanfaaatkan untuk memperlancar dan meningkatkan proses pendidikan.
Pendayagunaan sumber secara menyeluruh untuk pendidikan memerlukan kerja sama
luas yang bersifat lintas sektor, sehingga perlu penyelenggaraan pendidikan
yang luas.
d. Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah
yang Pesat
Pada zaman
modern, Pendidikan Luar Sekolah berkembang dengan pesat karena memberikan
manfaat kepada masyarakat, sehingga perlu mendapat tempat yang wajar dalam
penyelenggaraan keseluruhan pendidikan.
2.4
Implikasi
konsep pendidikan seumur hidup bagi program-program pendidikan
Implikasi disini diartikan sebagai akibat langsung atau
konsekuensi dari suatu keputusan. Dengan demikian maksudnya adalah sesuatu yang
merupakan tindak lanjut atau follow up dari suatu kebijakan atau keputusan
tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Penerapan azas pendidikan seumur hidup pada isi program
pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang
luas. Implikasi pendidika seumur hidup pada program pendidikan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:
a.
Pendidikan baca tulis fungsional
Program
ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup dikarenakan relefansinya
yang ada pada Negara-negara berkembang dengan sebab masih banyaknya penduduk
yang buta huruf, mereka lebih senang menonton TV, mendengarkan Radio, dari pada
membaca. Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan melek huruf fungsional
terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh IPTEK terhadap
kehidupan masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh karena
pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh
melalui bahan bacaan utamanya. Melek huruf fungsional disamping merupakan isi
program sekalius juga merupakan sarana terlaksananya pendidkan seumur hidup.
Namun kemampuan membaca menulis apabila tidak ditunjang oleh tersedianya
bahan-bahan bacaan tidak ada artinya. Oleh sebab itu, realisasi baca tulis
fungsional, minimal memuat dua hal, yaitu:
1.
Memberikan
kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik.
- Menyediakan bahan-bahan bacaan
yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah
dimilikinya.
b.
Pendidikan vokasional.
Pendidikan
vokasional adalah sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar
batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non formal, sebab itu
program pendidikan yang bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut
menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting
ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas
selesai.dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasiaonal itu
tetap dilaksanakn secara kontinue.
c.
Pendidikan professional.
Apa
yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan
tantangan buat mereka lebih besar. Mereka berusha keras terus-menerus dan
bergerak cepat agar tidak ditnggalkan oleh kemajuan. Sebab itu tiap-tiap
profesi hendaknya telah tercipta Built in
Mechanism yang memungkinkan golongan profesional itu selalu mengikuti
berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, teknologi
dan sikap profesionalnya. Ini merupakan realisasi dari pendidikan seumur hidup.
d.
Pendidikan ke arah perubahan dan
pembangunan.
Diakui
bahwa globalisasi informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK,
telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dari cara masak,
sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja mengandung
konsekuensi program pendidikan yang berlangsung secara kontinue (lifelong
education). Pendidkan bagi anggota
masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan
sosial dan pembangunan merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan
seumur hidup.
e.
Pendidikan kewarganegaraan dan
kedewasaan politik
Disamping
tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi
sekarang dimana pola pikir masyarakat yang semakin maju dan kritis maka
diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga
Negara; baik rakyat biasa maupun para pemimpin masyarakat. Untuk itu program
pendidikan kewarganagaraaan dan kedewasaan politik merupakan bagian yang
penting dari pendidkan seumur hidup.
f.
Pendidikan kultural dan penisian
waktu luang
Spesialisasi
yang berlebih-lebihan dalam masyarakat, bahkan yang telah dimulai pada usia
muda dalam program pendidikan formal di sekolah, menjadikan manusia
berpandangan sempit pada bidangnya sendiri, buta kekayaan nilai-nilai kultural
yang terkandung dalam warisan budaya masyarakat sendiri. Seorang yang disebut
“educated man” harus memahami dan menghargai sejarah, kesusastraan, agama,
filsafat hidup, seni dan budaya bangsa sendiri. Sebab itu pendidikan kultural
dan pengisian waktu senggang secara kultral dan konstruktif merupakan bagian
penting dari pendidikan seumur hidup.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan Seumur Hidup (PSH) adalah
sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangakan keseluruhan
peristiwa-peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam
keseluruhan hidup manusia. Asas pendidikan seumur hidup merumuskan
bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu , dan tidak terbatas oleh waktu
seperti pendidikan formal. Proses belajar seumur hidup tidak hanya dilakukan
seorang yang terpelajar tetapi semua lapisan masyarakat bisa melaksanakanya.
Secara teoritis
konsep ini dikemukakan oleh filosof amerika setelah perang dunia II, dan
sebenarnya telah dikenal islam melalui sabda nabi: “Tuntutlah ilmu sejak dari
buaian sampai liang lahat”. Sedangkan secara yuridist tercantum dalam: Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO
TAP. NO. IV/MPR/1978 tentang GBHN; UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 4; dan UU Nomor 2 Tahun 1989.
Tujuan pendidikan seumur hidup adalah untuk mengembangkan
potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh
aspek pembaurannya seoptimal mungkin. Dalam seluruh aspek kehidupan antara lain
dalam bidang sosial, ekonomi, politik, teknologi dan lain-lain, manusia di
tuntut untuk selalu bergerak dan mengembangkan diri. Terlebih di era modern ini
dimana pengaruh globalisasi mengakibatkan perubahan-perubahan sosial sehingga
perlunya pendidikan sepanjang hidup.
Penerapan cara berfikir menurut azas
pendidikan seumur hidup akan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi
sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik
bagaimana caranya belajar, peranan guru terutama adalah sebagai motifator,
stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalm hal belajar, sekolah adalah pusat
kegiatan belajar masyarakat sekitar. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai
pandidikan seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ihan, Fuad.2005.Dasar-dasar
Kependidikan.Jakarta:PT Asdi Mahasatya.
Mudyahardjo, Redja.2001.Pengntar
Pendidikan.Jakart: PT Rajagrafindo Persada.
Salam,Burhanudin.2002.Pengantar
Pedagogik.Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar